Monday, December 19, 2011

UPAYA KONSERVASI TERUMBU KARANG MELALUI WISATA BAHARI



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Hampir ¾ dari permukaan bumi diliputi air laut. Lautan merupakan habitat bagi banyak sekali bentuk kehidupan yaitu kehidupan hewan dan tumbuhan. Salah satu negara yang wilayahnya diliputi oleh lautan yang luas adalah Indonesia. Letak wilayah Indonesia sangat strategis yaitu terletak disepanjang garis khatulistiwa atau merupakan wilayah tropis. Sehingga dengan demikian secara alamiah bangsa Indonesia merupakan bangsa bahari. Hamparan laut yang luas merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sumberdaya laut.
Sebagai suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah laut yang luas dan dengan ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar didalamnya, maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga ditentukan dalam memanfaatkan dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut.
Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan terhadap potensinya.
Potensi-potensi alam yang terkandung di bumi pertiwi dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat. Berbagai potensi alam dapat dimanfaatkan sebagai produk potensial penghasil devisa negara maupun bahan pensejahtera rakyat khususnya rakyat yang notabenya kalangan “miskin ke bawah”.
Salah satu dari potensi tersebut atau sumberdaya hayati yang tak ternilai harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya terumbu karang, apabila sumberdaya terumbu karang ini dikaitakn dengan pengembangan wisata bahari mempunyai andil yang sangat besar. Karena keberadaan terumbu karang tersebut sangat penting dalam pengembangan berbagai sektor termasuk sektor pariwisata.
Khusus mengenai terumbu karang, Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki areal terumbu karang seluas 60.000 km² lebih. Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga.  Maka tidak dapat dipungkiri bahwa  212 juta jiwa penduduk Indonesia 60% diantaranya tinggal dipesisir pantai dengan sumber penghasilan utama bertumpuh pada terumbu karang.
Namun akhir-akhir ini kondisi terumbu karang di Indonesia semakin mengkhawatirkan, karena penggunaannya yang semakin intensif padahal terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang kian meningkat dan cara-cara pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan, seperti menggunakan bahan peledak atau racun untuk menangkap ikan di laut yang berdampak pada pengrusakan terumbu karang.
Untuk itu harus ada upaya-upaya konkret untuk menyelamatkan terumbu karang, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sehingga mampu menstabilkan kondisi ekonomi masyarakat kehususnya masyarakat yang bermukim di daerah pesisir pantai.
Hal ini merupakan fenomena yang menarik bagi penulis sehingga penulis bermaksud mengangkat topik ini menjadi bahan kajian dalam karya tulis ini. Oleh karena itu penelitian ini akan melihat tentang “ Upaya Konservasi Terumbu Karang Melalui Wisata Bahari” dan dampaknya terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat pesisir pantai dan dalam kaitannya dengan devisa negara.
B.  Permasalahan
1.    Apakah pembentukan wisata bahari mampu melestarikan terumbu karang?
2.    Apakah pembentukan wisata bahari mampu menunjang kehidupan ekonomi masyarakat?
C.  Tujuan dan Manfaat
      Adapun tujuan dalam penulisan karya tulis ini yaitu:
1.    Mengetahui kemampuan wisata bahari dalam melestarikan terumbu karang.
2.    Mengetahui kemampuan wisata bahari dalam menunjang kehidupan ekonomi masyarakat.
Dengan adanya karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik praktis maupun teoritis, antara lain :
1.    Bagi masyarakat umum, sebagai bahan untuk menambah wawasan keilmuan khususnya di bidang kelautan dalam kaitannya dengan terumbu karang.
2.    Bagi pemerintah dan instansi terkait, karya tulis ini dapat digunakan sebagai rujukan dan informasi sehingga dapat berguna dalam hal peningkatan konservasi terumbu karang yang menunjang kesejahteraan ekonomi masyarakat dan devisa negara.
3.    Bagi kalangan akademis dan masyarakat umum, penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan.
4.    Bagi penulis, karya tulis ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang penulisan.
















BAB II
KONSERVASI TERUMBU KARANG MELALUI WISATA BAHARI
A.  Pembentukan Wiasata Bahari
Terumbu karang merupakan ekosistem yang memiliki produktifitas dan diversitas flora dan fauna yan tinggi, berfungsi sebagai pelindung pantai, tempat berpijak, mencari makan dan berlindung bagi berjenis-jenis fauna laut. Sehingga dapat dikatakan bahwa terumbu karang merupakan rumah bagi banyak makhluk hidup laut. Indonesia memiliki sekitar 450 jenis karang. Terutama Indonesia bagian timur, satu unit terumbu karang dapat mengandung lebih dari 140 jenis karang batu. Keanekaragaman kelompok-kelompok yang berasosiasi dengan terumbu pun juga cukup tinggi. Namun dari tahun ketahun rumah itu semakin hancur.
      1. Kondisi terumbu karang di Indonesia
Beberapa pendapat tentang kondisi terumbu karang di Indonesia yaitu:
a.    Menurut Soekarno (1997), terumbu karang tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia yang berjumlah 17.508 dengan garis pantai lebih kurang 81.000 km. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai 75.000 km² yang terletak di 371 lokasi. Di lokasi-lokasi tempat terumbu karang tersebut berada, dari 41,78% yang terukur, yang mengalami kerusakan di antaranya adalah 28,30% berada dalam keadaan rusak berat; 23,72% dalam keadaan kondisi baik; dan hanya 6,2% yang berada dalam kondisi sangat baik. (www.geogle.co.id.pdf)
b.    Menurut Reefbase (1997), sedikitnya terdapat 14.000 jenis terumbu karang di 243 lokasi yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia, dengan total luas diperkirakan lebih dari 85.700 Km2 atau sekitar 14 % dari luas terumbu karang dunia. Terumbu karang Indonesia yang sebagian besar tersebar di Indonesia Timur. Dibagian lain kondisinya sudah menurun drastis, karena praktek pengelolaan dan pemanfaatannya yang tidak ramah lingkungan. (Indrawati, www.geogle.co.id.php)
c.    Menurut Wilkinson, sekitar 40 % terumbu karang Indonesia berstatus “rusak berat” ( tutupan kurang dari 25 % ), dan hanya 29 % yang kondisinya “bagus hingga sangat bagus ( tutupan diatas 50 % ). Terdapat indikasi kesehatan terumbu karang Indonesia menurun 10 – 50 % selama 50 tahun terakhir. Pada tahun 1994, Wilkinson menyatakan bahwa seluruh terumbu karang Indonesia berstatus “critical” ( akan hilang dalam 10 - 20 tahun ) dan “threatened” ( akan hilang dalam 20 – 40 tahun ). (Indrawati, www.geogle.co.id.php)
2.   Hasil penelitian terumbu karang Indonesia
LIPI dan COREMAP, dua lembaga yang mengukur kondisi terumbu karang berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, menggunakan metode line intercept transect, membagi tingkat kerusakan berdasarkan persentase tutupan karang hidup. Kondisi sangat bagus, presentase tutupanya lebih dari 75 %, bagus antara 50 % - 75 %, rusak, 25 % - 50 % dan rusak berat kurang dari 25 %.
Hasil pemantauan LIPI (1995) di 324 stasiun yang tersebar di 31 lokasi Indonesia dan COREMAP (2000), kondisi terumbu karang di Indonesia adalah :
Kategori
P3O-LIPI (Th 1995)
COREMAP (Th 2000)
Sangat bagus
6.48 %
6.10 %
Bagus
22.53 %
22.68 %
Rusak
28.39 %
31.46 %
Rusak berat
42.59%
39.76 %
Dari tabel diatas, diasumsikan parameter pemantauan keduanya sama, dapat dilihat terjadinya penurunan terumbu karang yang berkondisi sangat bagus dan bagus. (Indrawati, www.geogle.co.id.x.php)

      3.   Pembentukan wisata bahari
Melihat kondisi terumbu karang Indonesia dari beberapa uraian pakar ataupun dari hasil penelitian, rasanya tak bijak jika cuma berpangku tangan. Kita selaku bangsa Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton hancurnya kekayaan terbesar Indonesia.
Fakta dilapangan membuktikan bahwa, pada umumnya kerusakan itu diakibatkan oleh  keserakahan manusia dan ketidaktahuan serta ketidakpedulian terhadap kondisi alam laut yang didukung oleh penegakan hukum yang sangat lemah. Kondisi ini harus segera diatasi dengan tetap memikirkan nasib masyarakat pesisir pantai. Salah satu cara yang dapat dilakukan sebagai upaya konservasi dan pengelolaan terumbu karang yang ramah lingkungan yaitu dengan pembentukan wisata bahari.
Salah satu bukti bahwa wisata bahari mampu melestarikan terumbu karang yaitu melalui penelitian yang dilakukan pada bulan Januari hingga Pebruari 1998 di perairan pantai Desa Tellesang SiwaTeluk Bone, Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo, diperoleh bahwa hasil tangkapan selama penelitan sebanyak 10 spesies dengan jumlah ikan 169 ekor dalam jangka waktu 2 bulan. Penelitian lain yaitu kondisi terumbu karang yang baik  dapat menghasilkan ikan (termasuk jenis ikan dan non ikan) sebanyak 36 ton/km2 nya /tahun. Jadi total potensi terumbu karang tersebut sekitar 810.000 ton/tahun. Ini membuktikan bahwa wisata bahari mamapu melestarikan terumbu karang, karena semakin banyak ikan yan dihasilkan maka kondisi terumbu karang semakin baik.
Wisata bahari dapat dikembangkan di daeah-daerah yang memiliki sistem terumbu karang, karena pada kawasan tersebut selalu terdapat pantai dan pemandangan dasar laut yang indah. Kriteria kelayakan suatu kawasan terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari hanya ditentukan oleh ada atau tidaknya sarana dan prasarana yang menunjang ke arah pengembangan wisata bahari seperti:
  1. Adanya kemudahan untuk mencapai kawasan tersebut
  2. Adanya hotel atau pondok wisata yang memadai
  3. Adanya restoran
  4. Adanya fasilitas yang menunjang kegiatan para wisatawan seperti kegiatan berjemur (sunbathing), snorkling/skin diving, berenang atau menyelam (diving)
  5. Memperoleh dukungan masyarakat setempat.
Potensi yang dimiliki oleh terumbu karang tersebut hanya dapat dinikmati apabila pengelolaannya dilakukan dengan baik, karena biota-biota ekonomis penting pada terumbu karang tersebut tinggal dan hidup di sana. Kalau terumbu karang rusak, biota-biota tersebut akan hilang. Jadi bila ada ahli perikanan yang akan memanfaatkan ikan harus menjaga keberadaan terumbu karang.
Untuk itu, upaya atau sikap masyarakat yang menunjan keberhasilan konservasi terumbu karang melalui wisata bahari yaitu masyarakat menyadari bahwa:
  1. Proses terumbu karang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak.
  2. Terumbu karang adalah tempat tinggal, berkemban biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita.
  3. Terumbu karang merupakan habitat bagi sejumlah spesies yang terancam punah seperti kima raksasa dan penyu laut.
  4. Terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus.
  5. Keindahan terumbu karang sangat potensial untuk wisata bahari.
  6. Terumbu karang potensi masa depan untuk sumber lapangan kerja bagi rakyat Indonesia.
Dalam konservasi ini, bukan hanya kesadaran masyarakat, namun upaya dan kesadaran pemerintah pun menjadi tolak ukur keberhasilan wisata bahari. Pihak pemerintah dan para instansi yang terkait khususnya penegak hukum harus turut serta  dalam upaya konservasi serta lebih memperkuat sistem dan perangkat hukum. Bukan hanya itu, perlu ada penegasan hukum tentang pelestarian lingkungan yang sehubungan dengan batang tubuh sehingga pengrusakan terumbu karang akibat ulah manusia yang tidak inkonstitusional alias melanggar hukum dapat lebih diatasi.
Pasal 33 ayat 3 ini merupakan landasan yuridis dan sekaligus merupakan arah bagi pengaturan terhadap hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang. Selain itu salah satu tujuan dari Strategi Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan terumbu karang sebagai sistem ekologi dan penyangga kehidupan yang penting untuk kelangsungan hidup manusia dan pembangunan berkelanjutan. Karena itu, terumbu karang di sebagai salah satu sumberdaya alam yang ada di Indonesia, pengelolaannya harus di dasarkan pada peraturan - peraturan, di antaranya :
  1. UU RI No. 4/1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup
  2. UU RI No. 9/1985. Tentang perikanan
  3. UU RI No. 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem
  4. UU RI No. 9/1990 Tentang Kepariwisataan
  5. Peraturan pemerintah No. 29/1986 tentang analisa dampak lingkungan
  6. Keputusan menteri kehutanan No. 687/Kpts.II/1989 tanggal 15 Nopember 1989 tentang pengusaha hutan wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Hutan Laut
  7. Surat edaran Menteri PPLH No. 408/MNPPLH/4/1979, tentang larangan pengambilan batu karang yang dapat merusak lingkungan ekosistem laut, situjukan kepada Gubenur Kapala Daerah, Tingkat I di seluruh Indonesia.
  8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan No. IK.220/D4.T44/91, tentang penangkapan ikan dengan bahan/alat terlarang - ditujukan kepada Kepala Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia.
B.  Wisat Bahari dalam Menunjang Kehidupan Ekonomi Masyarakat
Menurut Herman Cesar (1997), ahli ekonomi terumbu karang Bank Dunia, mengukur tingkat kerusakan terumbu karang dari sisi pengelolaan sumberdayanya. Besarnya keuntungan dan kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh bentuk-bentuk eksploitasi terhadap sumberdaya perikanan karang per Km persegi adalah sebagai berikut ( dalam satuan ribu US$ per kilometer persegi ) :
Manfaat bagi pelaku perusakan
Kerugian negara ( masyarakat luas )
 
Perikanan
Perlindungan
Wisata
Lain-lain
total
Penangkapan dengan racun 33 - 40 0 3 – 436 n.q 43 - 476
Penangkapan dengan bom 15 - 86 9 - 193 3 - 482 n.q 98 – 761
Pengambilan karang 121 - 94 12 - 260 3 - 482 >67 176 – 903
Sedimen – penebangan hutan 98 - 81 - 192 n.q 273
Sedimen – pembangunan kota n.q n.q n.q n.q n.q
Over Fishing 39 - 109 - n.q n.q 109
Keterangan :
Perhitungan berdasarkan Current value, tingkat suku bunga 10 %, dalam periode 25 tahun. Selang menunjukkan lokasi dari nilai rendah dan tinggi atas nilai potensi pariwisata dan perlindunngan pantai. (www.geogle.co.id.x.php)
n.q = not quoted ( tidak dapat dihitung )
Kerugian lain-lain : mencakup kerugian akibat kehilangan pengamanan pangan dan nilai keanekaragaman hayati (tidak dapat dihitung) dan kerugian lain akibat pengambilan karang serta akibat sedimentasi hasil penebangan hutan.
Untuk itu, usaha wisata bahari merupakan potensi yang sangat menjanjikan karena dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang menyatakan bahwa terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan rata-rata $ US 15.000/km2/tahun. Hasil laut dari ekosistim terumbu karang tersebut merupakan sumber pendapatan dan aset ekonomi bagi masyarakat dan penduduk yang bermukim di kawasan pesisir.
Apabila kondisi sosial politik Indonesia berada dalam keadaan aman, jumlah wisatawan yang akan melakukan wisata bahari diproyeksikan sekitar 5,1 juta orang/tahun. Jumlah pengeluaran sekitar US$ 5 milyar dengan asumsi mereka menginap selama 10 hari dengan pengeluaran US$ 958/hari sehingga potensial ekonomi semakin tinggi.
Dari nilai wisata bahari, nilai terumbu karang Indonesia ditaksir dapat menghasilkan $ US 3.000 hingga $ US 5.000.000/km2 pertahun dari pemanfaatan potensi terumbu karang sebagai lokasi penyelaman, snorkeling, memancing dan wisata bahari lainnya.
Dari segi fisik, terumbu karang sebagai pelindung pantai dari abrasi, arus, gelombang laut dan angin dapat menghemat US $ 25.000 hingga US $ 550.000 dalam biaya perlindungan pantai pertahunnya kalau terumbu karang tersebut dibiarkan hidup secara alami.
 Penangkapan ikan pakai racun atau bahan peledak, meberikan keuntungan hanya kepada sebagian orang sebesar US $ 33.000 per kilometer persegi dalam jangka waktu tertentu, namun nilai kerugian akibat kehilangan fungsi dan nilai terumbu karang mencapai US $ 761.000 per kilometer persegi.
Dr. Suharsono dari P3O-LIPI dikatakan bahwa, berdasarkan data Departemen  Pekerjaan Umum Bali untuk merehabilitasi kerusakan pantai sepanjang 1 km diperlukan biaya Rp. 1.2 milyar, nah dari angka-angka tersebut diatas berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki pelindung pantai ini?. Perhitungan angka-angka yang dilakukan oleh Cesar ini hanya mencakup manfaat dari perikanan saja, padahal masih banyak manfaat lainnya seperti nilai keanekaragaman hayati, nilai produk farmasi dan lainnya yang tidak dapat dinilai.
Kekawatiran berbagai pihak terhadap kerusakan ekosistim ini adalah suatu hal yang wajar. karena kerugian yang ditimbulkanya tidak sedikit. Kerusakan dan kehancuran terumbu karang ini juga akan mengancam kehidupan manusia beberapa tahun kedepan, lantaran pemulihan kondisi terumbu karang tersebut memerlukan waktu sangat lama. Dengan hancurnya brikade pelindung pantai ini bukan tak mungkin kawasan pemukiman yang berada di sepanjang pantai akan ikut tenggelam. Padahal terumbu karang merupakan sumber devisa terbesar bagi negara, termasuk usaha pariwisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha pariwisata bahari.




















BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.  Simpulan
Pembentukan wisata bahari di beberapa daerah laut di Indonesia mampu menjaga dan melestarikan terumbu karang. Hal ini dibuktikan pada hasil penelitian sekunder pada beberapa tahun terakhir tentang produktifitas terumbu karang di salah satu daerah wisata bahari Indonesia mampu menghasilkan ikan (termasuk jenis ikan dan non ikan) sebanyak 36 ton/km2 nya /tahun. Jadi total potensi terumbu karang tersebut sekitar 810.000 ton/tahun. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa dengan meningkatnya produksi ikan maka kondisi terumbu karang semakin produktif dan lestari. 
Wisata bahari merupakan potensi yang sangat menjanjikan dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di pesisir pantai. Dari nilai wisata bahari, nilai terumbu karang Indonesia ditaksir dapat menghasilkan $ US 3.000 hingga $ US 5.000.000/km2 pertahun dari pemanfaatan potensi terumbu karang sebagai lokasi penyelaman, snorkeling, memancing dan wisata bahari lainnya.  Dari data yang ada, dapat diproyeksikan sekitar 5,1 juta orang/tahun yang akan melakukan wisata bahari sehingga secara otomatis, semakin banyak wisatawan bahari maka semakin banyak pula pendapatan masyarakat pesisir pantai. Sehinga dapat disimpulkan bahwa, wisata bahari mampu menunjang kehidupan ekonomi masyarakat sekaligus menopang perekonomian nasional atau menambah devisa negara.
B. Saran
Melalui karya tulis ini, penulis menyarankan supaya pembentukan wisata behari lebih dioptimalkan agar dapat membantu dalam upaya konservasi terumbu karang dan menunjan perekonomian masyarakat khususnya di pesisir pantai.


DAFTAR PUSTAKA

Indrawati. Ukuran Dan Kerugian Akibat Kerusakan Terumbu Karang. (www.geogle.co.id.x.php) diakses pada 26 Agustus 2006 pukul 15:40:36.
Pollock, Steve. 1998. Jendela Iptek Ekologi. Jakarta: Balai Pustaka.
Salim. Peter dan Yenni. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.
Shadily, Hasan. 1991. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Iktiar Baru – Van Hoeve.
Soekarno. 1997. Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kelautan. (www.geogle.co.id.x.php) diakses pada 26 Agustus 2006 pukul 15:40:36.

0 comments:

Post a Comment

terima kasih buat semua yang udah ngepost commentnya...
thank you very much.........