BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir ¾ dari permukaan bumi diliputi air laut. Lautan
merupakan habitat bagi banyak sekali bentuk kehidupan yaitu kehidupan hewan dan
tumbuhan. Salah satu negara yang wilayahnya diliputi oleh lautan yang luas
adalah Indonesia. Letak wilayah Indonesia sangat strategis yaitu terletak
disepanjang garis khatulistiwa atau merupakan wilayah tropis. Sehingga dengan
demikian secara alamiah bangsa Indonesia merupakan bangsa bahari. Hamparan laut
yang luas merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan
sumberdaya laut.
Sebagai suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah laut
yang luas dan dengan ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar didalamnya,
maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga ditentukan dalam memanfaatkan
dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut.
Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan
bawah laut dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala
khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan terhadap potensinya.
Potensi-potensi alam yang terkandung di bumi pertiwi
dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat. Berbagai potensi alam dapat
dimanfaatkan sebagai produk potensial penghasil devisa negara maupun bahan
pensejahtera rakyat khususnya rakyat yang notabenya kalangan “miskin ke bawah”.
Salah satu dari potensi tersebut atau sumberdaya hayati
yang tak ternilai harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya
terumbu karang, apabila sumberdaya terumbu karang ini dikaitakn dengan
pengembangan wisata bahari mempunyai andil yang sangat besar. Karena keberadaan
terumbu karang tersebut sangat penting dalam pengembangan berbagai sektor
termasuk sektor pariwisata.
Khusus mengenai terumbu karang, Indonesia dikenal sebagai
pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki
areal terumbu karang seluas 60.000 km² lebih. Sejauh
ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75
marga. Maka tidak dapat dipungkiri
bahwa 212 juta jiwa penduduk Indonesia
60% diantaranya tinggal dipesisir pantai dengan sumber penghasilan utama
bertumpuh pada terumbu karang.
Namun akhir-akhir ini kondisi terumbu karang di Indonesia
semakin mengkhawatirkan, karena penggunaannya yang semakin intensif padahal
terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara
utuh dan indah. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang kian
meningkat dan cara-cara pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan, seperti
menggunakan bahan peledak atau racun untuk menangkap ikan di laut yang
berdampak pada pengrusakan terumbu karang.
Untuk itu harus ada upaya-upaya konkret untuk menyelamatkan
terumbu karang, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sehingga mampu
menstabilkan kondisi ekonomi masyarakat kehususnya masyarakat yang bermukim di
daerah pesisir pantai.
Hal ini merupakan fenomena yang menarik bagi penulis
sehingga penulis bermaksud mengangkat topik ini menjadi bahan kajian dalam
karya tulis ini. Oleh karena itu penelitian ini akan melihat tentang “ Upaya
Konservasi Terumbu Karang Melalui Wisata Bahari” dan dampaknya terhadap
kesejahteraan ekonomi masyarakat pesisir pantai dan dalam kaitannya dengan
devisa negara.
B. Permasalahan
1.
Apakah pembentukan wisata bahari mampu melestarikan
terumbu karang?
2.
Apakah pembentukan wisata bahari mampu menunjang
kehidupan ekonomi masyarakat?
C. Tujuan dan
Manfaat
Adapun tujuan dalam penulisan karya tulis
ini yaitu:
1.
Mengetahui kemampuan wisata bahari dalam melestarikan
terumbu karang.
2.
Mengetahui kemampuan wisata bahari dalam menunjang kehidupan
ekonomi masyarakat.
Dengan adanya karya tulis ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat baik praktis maupun teoritis, antara lain :
1.
Bagi masyarakat umum, sebagai bahan untuk menambah
wawasan keilmuan khususnya di bidang kelautan dalam kaitannya dengan terumbu
karang.
2.
Bagi pemerintah dan instansi terkait, karya tulis ini dapat
digunakan sebagai rujukan dan informasi sehingga dapat berguna dalam hal
peningkatan konservasi terumbu karang yang menunjang kesejahteraan ekonomi masyarakat
dan devisa negara.
3.
Bagi kalangan akademis dan masyarakat umum, penelitian
ini dapat dijadikan tambahan informasi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan.
4.
Bagi penulis, karya tulis ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman dalam bidang penulisan.
BAB II
KONSERVASI
TERUMBU KARANG MELALUI WISATA BAHARI
A. Pembentukan
Wiasata Bahari
Terumbu karang merupakan ekosistem yang memiliki
produktifitas dan diversitas flora dan fauna yan tinggi, berfungsi sebagai
pelindung pantai, tempat berpijak, mencari makan dan berlindung bagi
berjenis-jenis fauna laut. Sehingga dapat dikatakan bahwa terumbu karang
merupakan rumah bagi banyak makhluk hidup laut. Indonesia memiliki sekitar 450
jenis karang. Terutama Indonesia bagian timur, satu unit terumbu karang dapat
mengandung lebih dari 140 jenis karang batu. Keanekaragaman kelompok-kelompok
yang berasosiasi dengan terumbu pun juga cukup tinggi. Namun dari tahun ketahun
rumah itu semakin hancur.
1. Kondisi
terumbu karang di Indonesia
Beberapa pendapat tentang kondisi terumbu karang di
Indonesia yaitu:
a.
Menurut Soekarno (1997), terumbu karang tersebar hampir
di seluruh kepulauan Indonesia yang berjumlah 17.508 dengan garis pantai lebih
kurang 81.000 km. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai 75.000
km² yang terletak di
371 lokasi. Di lokasi-lokasi tempat terumbu karang tersebut berada, dari 41,78%
yang terukur, yang mengalami kerusakan di antaranya adalah 28,30% berada dalam
keadaan rusak berat; 23,72% dalam keadaan kondisi baik; dan hanya 6,2% yang
berada dalam kondisi sangat baik. (www.geogle.co.id.pdf)
b.
Menurut Reefbase (1997), sedikitnya terdapat 14.000 jenis
terumbu karang di 243 lokasi yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia,
dengan total luas diperkirakan lebih dari 85.700 Km2 atau sekitar 14 % dari
luas terumbu karang dunia. Terumbu karang Indonesia yang sebagian besar
tersebar di Indonesia Timur. Dibagian lain kondisinya sudah menurun drastis,
karena praktek pengelolaan dan pemanfaatannya yang tidak ramah lingkungan. (Indrawati,
www.geogle.co.id.php)
c.
Menurut Wilkinson, sekitar 40 % terumbu karang Indonesia
berstatus “rusak berat” ( tutupan kurang dari 25 % ), dan hanya 29 % yang
kondisinya “bagus hingga sangat bagus ( tutupan diatas 50 % ). Terdapat
indikasi kesehatan terumbu karang Indonesia menurun 10 – 50 % selama 50 tahun
terakhir. Pada tahun 1994, Wilkinson menyatakan bahwa seluruh terumbu karang
Indonesia berstatus “critical” ( akan hilang dalam 10 - 20 tahun ) dan “threatened”
( akan hilang dalam 20 – 40 tahun ). (Indrawati, www.geogle.co.id.php)
2. Hasil penelitian terumbu karang Indonesia
LIPI dan COREMAP, dua lembaga yang mengukur kondisi
terumbu karang berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, menggunakan metode
line intercept transect, membagi tingkat kerusakan berdasarkan persentase
tutupan karang hidup. Kondisi sangat bagus, presentase tutupanya lebih dari 75
%, bagus antara 50 % - 75 %, rusak, 25 % - 50 % dan rusak berat kurang dari 25
%.
Hasil pemantauan LIPI (1995) di 324 stasiun yang tersebar
di 31 lokasi Indonesia dan COREMAP (2000), kondisi terumbu karang di Indonesia
adalah :
Kategori
|
P3O-LIPI (Th 1995)
|
COREMAP (Th 2000)
|
Sangat bagus
|
6.48 %
|
6.10 %
|
Bagus
|
22.53 %
|
22.68 %
|
Rusak
|
28.39 %
|
31.46 %
|
Rusak berat
|
42.59%
|
39.76 %
|
Dari tabel diatas, diasumsikan parameter pemantauan
keduanya sama, dapat dilihat terjadinya penurunan terumbu karang yang
berkondisi sangat bagus dan bagus. (Indrawati, www.geogle.co.id.x.php)
3. Pembentukan wisata bahari
Melihat kondisi terumbu karang Indonesia dari beberapa
uraian pakar ataupun dari hasil penelitian, rasanya tak bijak jika cuma
berpangku tangan. Kita selaku bangsa Indonesia tidak boleh hanya menjadi
penonton hancurnya kekayaan terbesar Indonesia.
Fakta dilapangan membuktikan bahwa, pada umumnya kerusakan
itu diakibatkan oleh keserakahan manusia
dan ketidaktahuan serta ketidakpedulian terhadap kondisi alam laut yang
didukung oleh penegakan hukum yang sangat lemah. Kondisi ini harus segera
diatasi dengan tetap memikirkan nasib masyarakat pesisir pantai. Salah satu
cara yang dapat dilakukan sebagai upaya konservasi dan pengelolaan terumbu
karang yang ramah lingkungan yaitu dengan pembentukan wisata bahari.
Salah satu bukti bahwa wisata bahari mampu melestarikan
terumbu karang yaitu melalui penelitian yang dilakukan pada bulan Januari
hingga Pebruari 1998 di perairan pantai Desa Tellesang SiwaTeluk Bone,
Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo, diperoleh bahwa hasil tangkapan selama
penelitan sebanyak 10 spesies dengan jumlah ikan 169 ekor dalam jangka waktu 2
bulan. Penelitian lain yaitu kondisi terumbu karang yang baik dapat menghasilkan ikan (termasuk jenis ikan
dan non ikan) sebanyak 36 ton/km2 nya /tahun. Jadi total potensi terumbu karang
tersebut sekitar 810.000 ton/tahun. Ini membuktikan bahwa wisata bahari mamapu
melestarikan terumbu karang, karena semakin banyak ikan yan dihasilkan maka
kondisi terumbu karang semakin baik.
Wisata bahari dapat dikembangkan di daeah-daerah yang
memiliki sistem terumbu karang, karena pada kawasan tersebut selalu terdapat
pantai dan pemandangan dasar laut yang indah. Kriteria kelayakan suatu kawasan
terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari hanya ditentukan oleh ada atau
tidaknya sarana dan prasarana yang menunjang ke arah pengembangan wisata bahari
seperti:
- Adanya kemudahan untuk mencapai kawasan tersebut
- Adanya hotel atau pondok wisata yang memadai
- Adanya restoran
- Adanya fasilitas yang menunjang kegiatan para wisatawan seperti kegiatan berjemur (sunbathing), snorkling/skin diving, berenang atau menyelam (diving)
- Memperoleh dukungan masyarakat setempat.
Potensi
yang dimiliki oleh terumbu karang tersebut hanya dapat dinikmati apabila
pengelolaannya dilakukan dengan baik, karena biota-biota ekonomis penting pada
terumbu karang tersebut tinggal dan hidup di sana. Kalau terumbu karang rusak,
biota-biota tersebut akan hilang. Jadi bila ada ahli perikanan yang akan
memanfaatkan ikan harus menjaga keberadaan terumbu karang.
Untuk
itu, upaya atau sikap masyarakat yang menunjan keberhasilan konservasi terumbu
karang melalui wisata bahari yaitu masyarakat menyadari bahwa:
- Proses terumbu karang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak.
- Terumbu karang adalah tempat tinggal, berkemban biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita.
- Terumbu karang merupakan habitat bagi sejumlah spesies yang terancam punah seperti kima raksasa dan penyu laut.
- Terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus.
- Keindahan terumbu karang sangat potensial untuk wisata bahari.
- Terumbu karang potensi masa depan untuk sumber lapangan kerja bagi rakyat Indonesia.
Dalam
konservasi ini, bukan hanya kesadaran masyarakat, namun upaya dan kesadaran
pemerintah pun menjadi tolak ukur keberhasilan wisata bahari. Pihak pemerintah
dan para instansi yang terkait khususnya penegak hukum harus turut serta dalam upaya konservasi serta lebih memperkuat
sistem dan perangkat hukum. Bukan hanya itu, perlu ada penegasan hukum tentang
pelestarian lingkungan yang sehubungan dengan batang tubuh sehingga pengrusakan
terumbu karang akibat ulah manusia yang tidak inkonstitusional alias melanggar hukum dapat lebih diatasi.
Pasal
33 ayat 3 ini merupakan landasan yuridis dan sekaligus merupakan arah bagi
pengaturan terhadap hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang. Selain
itu salah satu tujuan dari Strategi Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan
terumbu karang sebagai sistem ekologi dan penyangga kehidupan yang penting
untuk kelangsungan hidup manusia dan pembangunan berkelanjutan. Karena itu,
terumbu karang di sebagai salah satu sumberdaya alam yang ada di Indonesia,
pengelolaannya harus di dasarkan pada peraturan - peraturan, di antaranya :
- UU RI No. 4/1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup
- UU RI No. 9/1985. Tentang perikanan
- UU RI No. 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem
- UU RI No. 9/1990 Tentang Kepariwisataan
- Peraturan pemerintah No. 29/1986 tentang analisa dampak lingkungan
- Keputusan menteri kehutanan No. 687/Kpts.II/1989 tanggal 15 Nopember 1989 tentang pengusaha hutan wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Hutan Laut
- Surat edaran Menteri PPLH No. 408/MNPPLH/4/1979, tentang larangan pengambilan batu karang yang dapat merusak lingkungan ekosistem laut, situjukan kepada Gubenur Kapala Daerah, Tingkat I di seluruh Indonesia.
- Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan No. IK.220/D4.T44/91, tentang penangkapan ikan dengan bahan/alat terlarang - ditujukan kepada Kepala Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia.
B. Wisat Bahari
dalam Menunjang Kehidupan Ekonomi Masyarakat
Menurut Herman Cesar (1997), ahli ekonomi terumbu karang
Bank Dunia, mengukur tingkat kerusakan terumbu karang dari sisi pengelolaan
sumberdayanya. Besarnya keuntungan dan kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh
bentuk-bentuk eksploitasi terhadap sumberdaya perikanan karang per Km persegi
adalah sebagai berikut ( dalam satuan ribu US$ per kilometer persegi ) :
Manfaat bagi pelaku perusakan
|
Kerugian negara ( masyarakat luas )
|
||||
Perikanan
|
Perlindungan
|
Wisata
|
Lain-lain
|
total
|
|
Penangkapan dengan racun | 33 - 40 | 0 | 3 – 436 | n.q | 43 - 476 |
Penangkapan dengan bom | 15 - 86 | 9 - 193 | 3 - 482 | n.q | 98 – 761 |
Pengambilan karang | 121 - 94 | 12 - 260 | 3 - 482 | >67 | 176 – 903 |
Sedimen – penebangan hutan | 98 - 81 | - | 192 | n.q | 273 |
Sedimen – pembangunan kota | n.q | n.q | n.q | n.q | n.q |
Over Fishing | 39 - 109 | - | n.q | n.q | 109 |
Keterangan :
Perhitungan
berdasarkan Current value, tingkat
suku bunga 10 %, dalam periode 25 tahun. Selang menunjukkan lokasi dari nilai
rendah dan tinggi atas nilai potensi pariwisata dan perlindunngan pantai. (www.geogle.co.id.x.php)
n.q
= not quoted ( tidak dapat dihitung )
Kerugian
lain-lain : mencakup kerugian akibat kehilangan pengamanan pangan dan nilai
keanekaragaman hayati (tidak dapat dihitung) dan kerugian lain akibat
pengambilan karang serta akibat sedimentasi hasil penebangan hutan.
Untuk itu, usaha wisata bahari merupakan potensi yang
sangat menjanjikan karena dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai
nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang
memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu
meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara. Hal
ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang menyatakan bahwa terumbu karang
yang sehat dapat menghasilkan rata-rata $ US 15.000/km2/tahun. Hasil
laut dari ekosistim terumbu karang tersebut merupakan sumber pendapatan dan
aset ekonomi bagi masyarakat dan penduduk yang bermukim di kawasan pesisir.
Apabila kondisi sosial politik Indonesia berada dalam
keadaan aman, jumlah wisatawan yang akan melakukan wisata bahari diproyeksikan
sekitar 5,1 juta orang/tahun. Jumlah pengeluaran sekitar US$ 5 milyar dengan
asumsi mereka menginap selama 10 hari dengan pengeluaran US$ 958/hari sehingga
potensial ekonomi semakin tinggi.
Dari
nilai wisata bahari, nilai terumbu karang Indonesia ditaksir dapat menghasilkan
$ US 3.000 hingga $ US 5.000.000/km2 pertahun dari pemanfaatan potensi
terumbu karang sebagai lokasi penyelaman, snorkeling, memancing dan wisata
bahari lainnya.
Dari
segi fisik, terumbu karang sebagai pelindung pantai dari abrasi, arus,
gelombang laut dan angin dapat menghemat US $ 25.000 hingga US $ 550.000 dalam
biaya perlindungan pantai pertahunnya kalau terumbu karang tersebut dibiarkan
hidup secara alami.
Penangkapan ikan pakai racun atau bahan
peledak, meberikan keuntungan hanya kepada sebagian orang sebesar US $ 33.000
per kilometer persegi dalam jangka waktu tertentu, namun nilai kerugian akibat
kehilangan fungsi dan nilai terumbu karang mencapai US $ 761.000 per kilometer
persegi.
Dr.
Suharsono dari P3O-LIPI dikatakan bahwa, berdasarkan data Departemen Pekerjaan Umum Bali untuk merehabilitasi
kerusakan pantai sepanjang 1 km diperlukan biaya Rp. 1.2 milyar, nah dari
angka-angka tersebut diatas berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperbaiki pelindung pantai ini?. Perhitungan angka-angka yang dilakukan oleh
Cesar ini hanya mencakup manfaat dari perikanan saja, padahal masih banyak
manfaat lainnya seperti nilai keanekaragaman hayati, nilai produk farmasi dan lainnya
yang tidak dapat dinilai.
Kekawatiran
berbagai pihak terhadap kerusakan ekosistim ini adalah suatu hal yang wajar.
karena kerugian yang ditimbulkanya tidak sedikit. Kerusakan dan kehancuran
terumbu karang ini juga akan mengancam kehidupan manusia beberapa tahun
kedepan, lantaran pemulihan kondisi terumbu karang tersebut memerlukan waktu
sangat lama. Dengan hancurnya brikade pelindung pantai ini bukan tak mungkin
kawasan pemukiman yang berada di sepanjang pantai akan ikut tenggelam. Padahal
terumbu karang merupakan sumber devisa terbesar bagi negara, termasuk usaha
pariwisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha pariwisata
bahari.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pembentukan
wisata bahari di beberapa daerah laut di Indonesia mampu menjaga dan
melestarikan terumbu karang. Hal ini dibuktikan pada hasil penelitian sekunder pada
beberapa tahun terakhir tentang produktifitas terumbu karang di salah satu
daerah wisata bahari Indonesia mampu menghasilkan ikan (termasuk jenis ikan dan
non ikan) sebanyak 36 ton/km2 nya /tahun. Jadi total potensi terumbu karang
tersebut sekitar 810.000 ton/tahun. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa dengan meningkatnya
produksi ikan maka kondisi terumbu karang semakin produktif dan lestari.
Wisata
bahari merupakan potensi yang sangat menjanjikan dalam meningkatkan taraf
ekonomi masyarakat di pesisir pantai. Dari nilai wisata bahari, nilai terumbu
karang Indonesia ditaksir dapat menghasilkan $ US 3.000 hingga $ US
5.000.000/km2 pertahun dari pemanfaatan potensi terumbu karang sebagai
lokasi penyelaman, snorkeling, memancing dan wisata bahari lainnya. Dari data yang ada, dapat diproyeksikan
sekitar 5,1 juta orang/tahun yang akan melakukan wisata bahari sehingga secara
otomatis, semakin banyak wisatawan bahari maka semakin banyak pula pendapatan
masyarakat pesisir pantai. Sehinga dapat disimpulkan bahwa, wisata bahari mampu
menunjang kehidupan ekonomi masyarakat sekaligus menopang perekonomian nasional
atau menambah devisa negara.
B. Saran
Melalui
karya tulis ini, penulis menyarankan supaya pembentukan wisata behari lebih
dioptimalkan agar dapat membantu dalam upaya konservasi terumbu karang dan
menunjan perekonomian masyarakat khususnya di pesisir pantai.
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati. Ukuran Dan
Kerugian Akibat Kerusakan Terumbu Karang. (www.geogle.co.id.x.php) diakses pada
26 Agustus 2006 pukul 15:40:36.
Pollock,
Steve. 1998. Jendela Iptek Ekologi.
Jakarta: Balai Pustaka.
Salim.
Peter dan Yenni. 1991. Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.
Shadily,
Hasan. 1991. Ensiklopedi Indonesia.
Jakarta: Iktiar Baru – Van Hoeve.
Soekarno. 1997. Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kelautan. (www.geogle.co.id.x.php) diakses pada
26 Agustus 2006 pukul 15:40:36.
0 comments:
Post a Comment
terima kasih buat semua yang udah ngepost commentnya...
thank you very much.........