This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, November 26, 2011

KIR Menciptakan Lingkungan Sehat Melalui Terobosan pada Bidang Pertanian di Kabupaten Soppeng


 BAB I

 P E N D A H U L U A N


A. Latar Belakang

Kabupaten Soppeng terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, yaitu antara 4ยบ 06’00” - 4ยบ 32’00” Lintang Selatan, dan 119ยบ 42’18” - 120ยบ 06’13” Bujur Timur. Kabupaten Soppeng yang sebagai suatu daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki kawasan pertanian yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai suatu kawasan agropolitan, dengan luas lahan potensial di bidang pertanian  sebesar 150.000 Ha. Yang dikelolah oleh 61,56% penduduk di Kabupaten Soppeng. Masalah pertanian patut diangkat ke permukaan karena sektor pertanian memberi andil yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat, kerusakan lahan, dan pencemaran. Bisa dibayangkan jika tujuh dari sepuluh petani menggunakan zat kimia, bagaimana dengan nasib potensi lingkungan di Kabupaten Soppeng ?
Potensi tersebut perlu mendapat perhatian secara khusus yang nantinya akan dimanfaatkan secara baik dan lestari. Juga diharapkan adanya pendayagunaan secara optimal dengan tetap memperhatikan daya dukung lahan yang ada serta keterampilan penduduk. Sekarang yang menjadi kendala yaitu dengan adanya pengguanaan zat-zat kimia yang mengakibatkan pertanian mulai mengganggu stabilitas lingkungan, sementara kemampuan produksi hampir tidak mampu memberi makanan jutaan penduduk. Sehingga para petani mengambil jalan pintas untuk memanfaatkan bahan kimia.
Dua hal yang saling berbenturan yaitu di satu sisi para pejuang lingkungan memprotes penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar demi keseimbangan tanah dan air. Namun disisi lain petani akan gagal panen apabila tidak menggunakan bahan kimia, sehingga meningkatnya jumlah produksi pestisida sintesis akan menggembirakan bagi petani dan produsen pestisida tetapi menyakitkan bagi lingkungan.
Hingga saat ini ketergantungan petani akan pestisida sintesis masih sangat tinggi. Dua puluh persen dari produksi pestisida dunia pada tahun 1984 diserap oleh Indonesia. Dalam periode 1982-1987 pemakaian pestisida di Indonesia meningkat sebesar 236% dibanding dengan periode sebelumnya. Khusus untuk insektisida, peningkatannya mencapai 710%. Pada tahun 1986, total pemakaian insektisida saja mencapai 17.230 ton yang berarti setiap hektar lahan pertanian menggunakan 1,69 Kg insektisida. (Reza dan Gayatri, 1994). Pada awal dekade 1990-an, pemakaian pestisida Indonesia telah mencapai 20.000 ton/tahun dengan nilai Rp.250 miliyar (Tempo, Desember 1993). Pada tahun 2000, pestisida yang terdaftar pada komisi pestisida telah mencapai 594 merek dagang.
Dibalik manfaat pestisida yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, tersembunyi bahaya yang mengerikan.. Menurut WHO ( World Health Organization ) paling tidak 20.000 orang per tahun mati akibat keracunan pestisida, sekitar 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti kanker, cacat tubuh, kemandulan, dan penyakit liver. Berbagai jenis pestisida terakumulasi di tanah dan air yang berdampak buruk terhadap keseluruhan ekosistem, selain itu menurunkan kualitas lingkungan.
B. Masalah
Melihat masalah yang ada diatas dengan menghubungkannya dengan daerah kabupaten Soppeng yang terkenal dengan pertanianya maka timbul suatu permasalahan yaitu,“Bagaimana Menciptakan Lingkungan Sehat Melalui Terobosan pada  Bidang Pertanian di Kabupaten Soppeng ?”
C. Tujuan
Kawasan pertanian yang dimiliki Kabupaten Soppeng, kini hampir terperosot karena penggunaan pestisida sintesis yang berlebihan dan kurangnya kesadaran oleh para petani dalam penggunaannya, sehingga pada dasarnya penulisan karya tulis ini untuk mengetahui bagaimana menciptakan lingkungan yang sehat melalui terobosan-terobosan baru khususnya di bidang pertanian yang merupakan dambaan dan jalan hidup masyarakat Kabupaten Soppeng.








BAB II
P E M B A H A S A N

A. Hubungan Timbal Balik Manusia dengan Lingkungan
Dalam suatu kesatuan ekologi manusia bertindak sebagai konsumen dan lingkungan bertindak sebagai produsen. Manusia berasal dari tanah dan melangsungkan hidup diatas tanah, kelangsungan hidup manusia tergantung dari tanah, begitu juga sebaliknya. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini manusia dapat secara aktif mengolah dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Dan kegiatan manusia ini dapat menimbulkan berbagai macam gejala baik menguntungkan dan merugikan bagi alam.
Adapun peranan manusia yang bersifat merugikan bagi alam khususnya dalam sektor peertanian yaitu: Dalam pengolahan lahan, manusia kebanyakan memanfaatkan zat kimia atau pestisida sintesis dan pupuk sehingga energi dan juga limbah bahan atau senyawa lain masuk ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas lahan pertanian.
Peranan manusia yang menguntungkan dalam sektor pertanian yaitu, dengan melakukan sistem pertanian secara tumpangsari atau multikultur untuk menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat teracering  guna mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah yang mengandung humus.
Kedua sisi diatas pada dasarnya akan saling menutupi, tapi yang menjadi kendala apakah kedua hal diatas seimbang ? maksudnya disini yaitu apabila petani telah menurunkan kualitas tanah dengan jalan penggunaan pestisida sintesis dan pupuk yang berasal dari zat kimia apakah lahan akan kembali stabil setelah adanya usaha pertanian secara multikultur yang akan menjaga kesuburan tanah. Dengan analogi yang cukup sederhanya jawabanya pasti tidak, kenapa? karena pestisida dan pupuk mempunyai bahan dasar dari zat kimia dimana zat tersebut susah diuraikan dan didaur kembali oleh lingkungan. Berbeda halnya dengan pestisida alami yang mengacu ke dua hal yaitu, pertama, residu pestisida alami lebih cepat terurai oleh komponen-komponen alam, sehingga tidak akan menyebabkan pencemaran. Kedua, daya racun dari pestisida alami bersifat selektif. Artinya pestisida alami hanya mematikan organisme pengganggu tanaman jenis tertentu dan relatif aman bagi musuh alami, manusia, mamalia, dan ikan.
Untuk menyelaraskan kedua hal diatas tentu saja butuh kearifan dari manusia, sehingga bisa hidup stabil dan mengkonsumsi hasil pertanian yang sehat. Alam yang memberi kehidupan alam juga yang akan memusnahkan kehidupan. Oleh karena itu petani diharapkan menghindari penggunaan bahan kimia. Telah terjadi proses pemetaan pikiran dengan mengubah sistem pertanian dari tradisional ke modern. Moderen dalam hal ini yaitu dengan mengundang inovasi teknologi, menggunakan sistem mekanisasi dalam pengolahan lahan. Bukan moderen dalam langkah untuk membasmi gulma, hama, dan penyakit dengan jalan meracik zat-zat kimia sebagai bahan untuk mengendalikannya.
B. Gambaran Sektor Pertanian di Kabupaten Soppeng
1.      Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksudkan disini yaitu petani. Apa dan bagaimana gambaran petani di Kabupaten Soppeng yaitu: Pendidikan rendah, pengolahan lahan banyak yang menggunakan zat kimia, sulit menerima masukan dan pembaharuan. Sedang petani yang diharapkan yaitu: Petani yang mau belajar dari pengalaman, terbuka oleh perubahan, serta menerima masukan dari pihak yang lebih tahu termasuk pakar pertanian.
Berdasarkan hal tersebut maka yang perlu dibenahi yaitu peningkatan kualitas sumber daya petani. Kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu: sosialisasi, penyuluhan dan pembinaan yang konsisten terhadap petani tentang manfaat pestisida alami.
2.      Sumber Daya Alam
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Kabupaten Soppeng merupakan daerah yang cukup potensial dalam bidang pertanian, namun yang menjadi kendala adalah perkembangan pertanian senantiasa melakukan terobosan-terobosan baru seperti dengan terciptanya pestisida sintesis dan pupuk yang pada dasarnya menimbulkan ketergantungan dan meningkatkan biaya pengolahan lahan.
Zat kimia tidak digunakan kelaparan akan menanti dan sebaliknya jika dugunakan lingkungan akan menuai bencana. Dan bahkan bisa mengakibatkan kematian bagi manusia melalui proses rantai makanan. Zat kimia yang tertempel dimakanan yang biasa disebut dengan istilah residu tanpa sadar dikonsumsi oleh manusia. Yang nantinya akan bersifat racun dalam tubuh manusia.
Yang juga merupakan faktor pendorong bagi para petani untuk menggunakan zat kimia yaitu dengan keinginan untuk memperoleh hasil yang memuaskan tanpa dihalangi oleh gulma, hama, dan penyakit.
a.       Gulma
Penegndalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu yang bersamaan dengan tanaman pokok.
Teknik pengendalian gulama:
1.      pengendalian secara mekanik atau fisik, dalam hal pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, dan pembakaran
2.      pengendalian cara hayati, yaitu dengan pengadaan musuh alami.
3.      pengendalian secara kimiawi, yaitu herbisida sebagai formulasi, herbisida yang dimaksud disini yang memiliki substrak dasar dari bahan tummbuhan sendiri. Mis: Pemanfaatan air tembakau, dan fermentasi air limbah kakao.
b.      Hama
Pestisida sintesis seolah menjadi obat yang paling mujarab dalam pengendalian hama di bidang pertanian. Begitu dekatnya pestisida dengan petani, sehingga apapun alasan petani akan tetap menggunakan pestisida.
Upaya untuk meniadakan pestisida atau paling tidak mengurangi persentase penggunaannya adalah hal yang sulit. Akan tetapi seandainya petani menitik beratkan pada penggunaan varietas unggul, perbaikan sistem pengairan, serta penggunaan unsur-unsur alam, akan tidak ada istilah pestisida yang berasal dari zat kimia.
Dari hal diatas yang paling perlu diperhatikan dalam hal pengendalian hama yaitu, penggunaan unsur-unsur alam dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yang ada di ekosistem dengan cara menanam tumbuhan alternatif untuk menyediakan makanan untuk serangga-serangga yang berguna. Serangga alami bisa jadi predator dan parasitoit atau menumpang hidup pada serangga inang. Tetapi karena adanya pestisida, penggunaan zat kimia yang meninggalkan residu pada tanaman sehingga serangga-serangga yang bukan sasaran ikut mati juga. Oleh karena itu penggunaan pestisida harus ditiadakan.
Namun pestisida yang berasal substrak dasar tumbuhan tidak akan menurunkan kualitas lingkungan, karena mudah terurai oleh lingkungan dan disatu sisi mematikan hama tumbuhan.
c.       Penyakit
Sama dengan hal sebelum diatas, untuk pengendalian penyakit bagi tanaman pertanian juga sangat diharapkan agar tidak menggunakan zat kimia.
Dalam perkembangan teknologi, pengendalian penyakit tanpa zat kimia kurang mendapat perhatian baik oleh pakar maupun praktisi, karena kurang mengundang inovasi teknologi. 
C. Sasaran yang Diinginkan
Perlu disadari bahwa penggunaan zat-zat kimia mulai kehilangan efektifitasnya. Sampai saat ini ratusan species organisme telah berkembang menjadi kebal terhadap paling tidak satu jenis zat kimia dalam hal ini pestisida sintesis, dan beberapa diantaranya tahan terhadap semua jenis pestisida sintesis. Sangat disayangkan, belum banyak penelitian tentang dampak negatif dari penggunaan zat kimia, dan kalaupun ada hasil penelitian kurang disosialisasikan, jadi tidak heran juga kalau para petani sering tidak bijaksana dalam pengolahan lahan pertanian.
Secara umum dampak negatif dari pemanfaatan zat kimia yaitu:1) Pencemaran air dan tanah yang akhirnya akan kembali lagi kepada manusia dan mahkluk hidup lainnya dalam bentuk makanan dan dan minuman yang tercemar. 2) Matinya musuh alami dari organisme pengganggu tanaman dan kematian organisme yang menguntungkan. 3) Timbulnya kekebalan organisme pengganggu tanaman terhadap zat-zat kimia yang dimanfaatkan dalam pengolahan lahan.
Berdasarkan dampak yang ditimbulkan diatas dirasa perlu untuk megubah sistem pertanian yang kembali ke sistem alamiah, dan selain itu pemerintah juga sebaiknya menetapkan sangsi yang tinggi bagi para konsumen maupun produsen yang menggunakan zat kimia yang nantinya akan menurunkan kualitas lingkungan.
D. Solusi dan Alternatif
Model pertanian kini telah banyak berubah, begitu juga dengan model pemikiran petani yang lebih mengandalkan zat kimia karena waktu yang digunakan relatif singkat dan hasilpun memuaskan, namun tanpa berpikir panjang tentang dampak apa yang akan ditimbulkan di lingkungan.
Sebenarnya penggunaan bahan alamiah justru jauh lebih bermanfaat karena lebih mengutamakan upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan di ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktifitas biologi tanah.
Pertanian secara alamiah lebih mengutamakan penggunaan input setempat, termasuk benih, pupuk (limbah peternakan atau kompos), maupun pestisida alami (nabati atau predator).
Pemanfaatan pertanian alami yang mengoptimalkan kesehatan dan kualitas lingkungan menyarankan beberapa hal seperti:

1. Benih atau Bibit :
a.       Benih atau bibit yang digunakan tidak berasal dari rekayasa genetika.
b.      Telah teruji secara laboratorium, bebas dari zat kimia.
2. Kesuburan tanah :
a.       Untuk menjaga kesuburan tanah digunakan sistem multi kultur.
b.      Bebas dari pupuk kimia
c.       Menggunakan pupuk organik mis: kompos, dan kotoran hewan.
d.      Air harus bebas dari bahan kimia.
3. Lahan
Bebas pupuk dan pestisida sintesis.
4. Proses panen:
a.       Limbah pada saat proses pemanenan sebaiknya jangan dibakar, misalnya  pada padi, jagung, dan kakao (produk unggulan Kabupaten Soppeng) karena dapat mengakibatkan polusi udara. Begitupun jangan ditumpuk karena dapat menjadi sarang penyakit.  Sebaiknya limbah tersebut diolah menjadi bahan ternak atau pupuk organik.
5.  Pasca panen
  Pemanenan hasil dan memproses hasil panen diupayakan agar menghindari kontaminasi dengan bahan kimia sintesis sehingga status alaminya tetap terjaga.


BAB III
P E N U T U P

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dapat disimpulkan adalah:
1.      Kepulauan Indonesia yang merupakan daerah pertanian yang kebanyakan petaninya menggunakan zat-zat kimia sebagai bahan untuk mengolah lahan, sebaiknya diberi penyuluhan tentang bahaya penggunaan zat-zat kimia.
2.      Untuk menciptakan lingkungan sehat dambaan masyarakat Indonesia, dirasa perlu merubah sistem pertanian yang kembali ke alam (Back to nature).
B. Saran
Sebagai pihak yang cukup peduli dengan lingkungan, penulis menyarankan:
1.      Agar petani, dalam pengolahan lahan sebaiknya menghindar dari bahan-bahan kimia yang susah terdaur oleh lingkungan.
2.      Sebaiknya sistem pertanian masyarakat diubah kembali agar  tetap dan selalu bersahabat dengan alam.
3. Para petani di Indonesia sebaiknya mempelajari dan mencoba beberapa alternatif dalam pengolahan lingkungan yang dengan istilahnya kembali ke alam. Karena dengan jalan inilah lingkungan dambaan yang bebas dari pencemaran bisa terwujud.


Daftar Pustaka


Atidin Z. 1987. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa Bandung.
BPS. 2002. Kabupaten Soppeng dalam Angka. Soppeng: Bapeda.
Mitchell Bruce, Setiawan B, dan Rahmi Hadi Dwita. 2000. Pengelolaan
                     Sumberdaya Dan Lingkungannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
                     University Press.
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Darussalam: Ghalia Indonesia
Noviasan, Ir. 2002. Membuat & Memanfaatkan Pestisida ramah Linhkungan.
            Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Silaen, Sofar. 2004. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Remaja. Jakarta: LIPI
            Dan PT. Tugu Pratama.
Soemarwoto, Otto. 2001. Atur Diri Sendiri. Paradigma Baru Pengolahan
            Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Supardi Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung:
            PT. ALUMNI
Sungguh, As’ad. 1979. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Kurnia Esa.
Yernelis, Sukman dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.
            Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Friday, November 25, 2011

kehidupan ekonomi waria di Kabupaten Soppeng

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
               Indonesia adalah salah satu negara yang terdiri atas berbagai macam pulau yang terpisah-pisah mulai dari Sabang sampai Maraoke. Total luas kawasan Indonesia tidak kurang dari 7,7 juta km² yang terdiri dari 1,9 juta 22 daratan, 3,1 juta km² perairan dan 2,7 juta km² kawasan ZEE (Zone Ekonomi Eksklusif). Indonesia juga merupakan negara yang heterogen. Hal ini ditandai dengan banyaknya suku yang mendiami kepulauan Indonesia tidak terkecuali suku Bugis di Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan.
               Suku Bugis di Kabupaten Soppeng memiliki corak khas tersendiri. Salah satunya terdapat sekelompok masyarakat minoritas yang mewarnai kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Soppeng. Dalam masyarakat bugis, terdapat empat macam gender yaitu 1) Pria, 2) Perempuan, 3) Calabai, dan 4) Calalai (Pelras, 2006: 190). Dapat diketahui bahwa posisi Waria (dalam bahasa bugis disebut calabai) menempati urutan gender ketiga. Di dalam buku tersebut dijelaskan pula bahwa waria atau calabai berarti “perempuan palsu” atau “hampir perempuan” adalah laki-laki yang bertingkah laku seperti perempuan dengan kedudukan gender berada dibawah laki-laki dan perempuan.
               Apabila kita tinjau dari segi pendapatan ekonomi waria, kedudukan gender waria sangat bertolak belakang dengan pendapatan ekonominya. Tingkat penghasilan waria dapat dikata mencapai rata-rata bahkan melebihi tingkat penghasilan gender pertama dan kedua, bahkan tidak jarang dari mereka menjadi tulang punggung keluarga.
               Dalam penelitian ini, kami tim peneliti berharap agar eksisitensi dan etos kerja para waria dapat dijadikan dasar dan motifasi untuk mewujudkan kehidupan ekonomi yang menjamin kesejahteraan ekonomi yang lebih baik khususnya di masyarakat Soppeng dan umumnya di Sulawesi Selatan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya waria di Kabupaten Soppeng juga memiliki sisi negatif karena ditinjau dari segi agama, status mereka tidak dibenarkan sebab menyalahi aturan agama khususnya agama islam.
               Situasi ini yang membuat penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam tentang “Waria” dalam kaitannya dengan masalah ekonomi. Untuk itulah, topik yang diangkat yaitu mengenai “kehidupan ekonomi waria di Kabupaten Soppeng”.   

B.  Rumusan Masalah
               Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah kehidupan ekonomi waria di Kabupaten Soppeng?”
Kehidupan ekonomi akan diuraikan adalah ...
C.  Tujuan
               Untuk mengetahui kehidupan ekonomi waria di Kabupaten Soppeng.

D.  Manfaat
      1.   Bagi masyarakat
      Penulisan karya ini dimaksudkan agar masyarakat tidak terlalu memojokkan status waria dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Bagi pemerintah
Penulisan karya ini dimaksudkan agar pemerintah memberikan sarana dan prasarana sebagai media pengembangan krativitas.
3.      Bagi penulis
Sebagai media untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Melalui penelitian dan  penulisan membiasakan diri memecahkan masalah secara ilmiah. Dengan karya ilmiah dapat menjadi sarana untuk melatih diri mengembangkan bakat menulis dan meneliti. Penulis merasa bangga karena dapat membuahkan karya yang bermanfaat untuk masyarakat umum.


E.  Definisi Operasional Variabel
        Waria adalah wanita pria. Pria yang bersifat dan bertingkahlaku seperti wanita serta fisiknya kewanita-wanitaan.
        Kehidupan ekonomi yang kami maksudkan adalah macam-macam kebutuhan dan pekerjaan yang terbagi atas pendapatan dan pengeluaran sehingga menciptakan kesejahteraan ekonomi yang mampu menjamin kelangsungan hidup. 
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Waria
               Dalam masyarakat bugis, waria disebut sebagai calabai. Dari asal katanya, waria disebut wanita pria artinya pria yang bersifat dan bertingkah laku seperti wanita serta dan fisiknya kewanita-wanitaan, bukan dibuat-buat tetapi bawaan dari lahir (KBBI, 2003: 1269). Sedangkan dalam istilah biologi waria disebut hermafroditisme, artinya keadaan berkelamin dua jenis, baik nyata maupun samar-samar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 397). Selain itu, waria atau calabai juga memiliki kelainan seks. Umumnya mereka lebih suka pada sesama jenis.

B.  Kehidupan Waria Ditinjau dari Segi Ekonomi
               Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial dengan tingkat kebutuhan yang bermacam-macam dan tidak terbatas. Kenyataan ini juga berlaku pada gender ketiga (waria). Kehidupan ekonomi mereka dapat dikata sama dengan gender yang lain. Sehingga mereka juga perlu melakukan berbagai macam kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
1.  Kehidupan ekonomi waria dalam kaitannya dengan macam-macam kebutuhan
         Waria tak ubahnya seorang manusia. Maka dari itu kebutuhan waria juga sama dengan masyarakat lain yang dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat kepentingan, waktu pemenuhan, sifat, dan subjek (Suyanto dan Nurhadi, 2000: 6).
    a.  Kebutuhan berdasarkan tingkat kepentingan
          Berdasarkan tingkat kepentingannya, kebutuhan manusia dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1)  Kebutuhan primer yang disebut juga sebagai kebutuhan pokok yang mutlak harus dipenuhi. Jika salah satu kebutuhan primer tidak terpenuhi maka kehidupan seseorang dikatakan tidak layak. Kebutuhan primer meliputi kebutuhan akan makanan dan minuman, pakaian, perumahan, kesehatan, dan pendidikan.
2)  Kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan manusia yang kedua dengna kata lain tidak pokok. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan primer terpenuhi. Jika kebutuhan sekunder tidak terpenuhi, kelayakan kehidupan seseorang tidak terganggu tapi jika dapat dipenuhi kehidupan seseorang menjadi lebih baikdengan kata lain dapat meningkatkan tingkat/kaulitas kehidupan seseorang.kebutuhan sekunder tergantung pada status seseorang. Misalnya televisi, meja, kursi, sepatu, kipas angin, dll.
3)  Kebutuhan tersier disebut juga kebutuhan kemewahan. Kebutuhan tersier muncul setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Kebutuhan ini didukung oleh tingkat penghasilan yang tinggi. Misalnya kebutuhan akan lemari es, perhiasan, mobil, komputer, dll.
          b.   Kebutuhan berdasarkan waktu pemenuhan
                Berdasarkan waktu pemenuhan, kebutuhan dapat dibedakan menjadi :
                1) Kebutuhan masa kini yang disebut juga kebutuhan sekarang. Pemenuhan kebutuhan masa kini bersifat mendesak. Artinya, pemenuhan masa kini tidak boleh ditunda. Misalnya, kebutuhan akan obat bagi orang sakit, kebutuhan akan minum bagi orang haus, dll.
                2) Kebutuhan masa datang disebut juga kebutuhan kelak. Pemenuhan kebutuhan masa datang dapat ditunda sampai waktu yang telah ditentukan. Misalnya, kebutuhan memiliki komputer sendiri, namun masih dapat ditunda karena telah tersedia komputer di meja kerjanya.
          c.   Kebutuhan berdasarkan sifat
                Berdasarkan sifat, kebutuhan manusia dibedakan atas:
1)  Kebutuhan jasmaniah yang berhubungan dengan kesehatan dan penampilan fisik (badan) manusia.
2)  Kebutuhan rohaniah mencakup penyegaran intelektual (pengetahuan), mental (kejiwaan), dan moral (perilaku).
d.      Kebutuhan berdasarkan subjek
Berdasarkan subjek yang membutuhkan, kebutuhan dibedakan atas:
1)  Kebutuhan pribadi yang berhubunan dengan selera dan pilihan.
2)  Kebutuhan sosial yang berhubungan dengan kebersamaan, mulai dari keluarga sampai masyarakat.        
      2. Kehidupan ekonomi waria dalam kaitannya dengan pekerjaan
                Kehidupan waria pada umumnya erat kaitannya dengan dunia pekerjaan. Mereka memenuhi segala kebutuhannya dengan bekerja. Yang paling mengherankan umumnya pekerjaan mereka sama dengan pekerjaan wanita. Dalam hidupnya kita dapat salut pada etos kerja mereka. Para waria tidak pernah memandang suatu pekerjaan sebagai pekerjaan yang rendahan malahan mereka ingin mengerjakan apa saja untuk dapat menyambung hidup guna mencapai kesejahteraan dan kehidupan ekonomi yang layak.
                Dengan adanya berbagai lowongan kerja yang memungkinkan bagi mereka untuk mengembangkan talentanya seakan kata “gengsi’ telah terputus dalam kehidupan mereka. Menurut Pelras (2006: 191) para waria umumnya disewa dalam mengurusi masalah-masalah praktis seperti dekorasi rumah, masak-memasak, dandan dan pakaian pasanan pengantin serta sewa perhiasan dan pernak-pernik kedua mempelai dan rombongannya. Mereka juga sering kali melaksanakan acara-acara ritual tradisional masyarakat bugis selaku “indo botting” (dalam bahasa bugis). Aktifitas-aktifitas ini menjadi sumber penghasilan utama sebagian besar waria.
      3. Kehidupan ekonomi waria dalam kaitannya dengan pendapatan
          Menurut Mubyarto (2000: 33) ekonomi masyarakat sebenarnya merupakan tulang puggung ekonomi nosional yang bisa diandalkan. Keberadaan waria dalam lingkup masyarakat adalah salah satu diantaranya.
                Para waria yang telah bekerja umumnya memperoleh pendapatan di atas rata-rata. Hasil kerja mereka digunakan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Sebagai gender ketiga, waria dapat memeperoleh pendapatan yang menyamai pendapatan gender pertama dan kedua. Pada umumnya mereka memiliki pekerjaan tetap dan rata-rata tidak ada yang pengangguran sehingga mereka dapat memperoleh pendapatan yang layak dan hal ini mampu menopang perekonomian nasional.
      4. Kehidupan ekonomi waria dalam kaitannya dengan pengeluaran
                Waria yang pada kodratnya merupakan laki-laki, memiliki kebutuhan yang melebihi dari kaum laki-laki umumnya. Mereka lebih cenderung berpenampilan bak perempuan sehingga kebutuhan mereka juga sama dengan perempuan. oleh karena itu, pengeluaran waria sedikit lebih banyak dari pada laki-laki.






BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian
               Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan ekonomi waria.

B.  Populasi dan Sampel
    Objek penelitian ini, yaitu seluruh waria di Kabupaten Sopeng yang tergabung di organisasi IWARSOP dengan jumlah 200 orang. Adapun teknik yang kami gunakan dalam penarikan sampel yaitu simple random sampling (sampel acak sederhana) yaitu pengambilan sampel melalui undian (Silaen, 2004: 17). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 25% dari jumlah seluruh populasi yaitu 50 waria dengan perincian sebagai berikut:                 
a.   Kecamatan Lalabata                     :     7 waria
b.  Kecamatan Lilirilau                       :     8 waria
c.   Kecamatan Liliriaja                       :     7 waria
d.  Kecamatan Marioriwawo              :     7 waria
e.   Kecamatan Donri-donri                :     7 waria
f.   Kecamatan Marioriawa                 :     7 waria
g.  Kecamatan Gandra                       :     7 waria

C.  Teknik Pengumpulan Data
            Teknik pengumpulan data yang kami lakukan adalah:
a.   Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan data dari berbagai jenis buku literatur dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.
b.   Wawancara (interview), yaitu dengan mewawancarai 50 orang waria.
c.   Kuesioner, yang berisi 17 pertanyaan kepada responden.

D.  Waktu dan Lokasi Penelitian
1.   Waktu penelitian
            Dalam rangka penyusunan karya ilmiah ini, kami memanfaatkan waktu kurang lebih 2 bulan dengan perincian sebagai berikut:
Tabel  3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
Lokasi
Jenis Kegiatan
Bulan
Mei
Juni
Mgg 3
Mgg 4
Mgg1
Mgg 2
Mgg 3
Mgg4
1.
Soppeng
Identifikasi Masalah sdan
PenyusunanWawancara
X
X




2.
Soppeng
Studi awal

X
X



3.
Soppeng
Pengolahan data


X



4.
Soppeng
penyusunan karya tulis ilmiah



X
X
X
           
      









 2.   Lokasi Penelitian
                  Dalam rangka proses pengumpulan data, penulis menggunakan lokasi yang meliputi seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Soppeng.






BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Kehidupan Ekonomi Waria dalam Kaitannya dengan Macam-macam Kebutuhan
                        Dalam kehidupan sehari-harinya, waria mempunyai bermacam-macam kebutuhan baik yang bersifat pribadi maupun umum. Dari hasil penelitian, diperoleh data tentang terpenuhi atau tidak berbagai macam kebutuhan waria  berdasarkan tingkat kepentingan, waktu pemenuhan, berdasarkan sifat, dan berdasarkan subjek yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Pemenuhan Kebutuhan Waria
di Kabupaten Soppeng
NO.
Pemenuhan Kebutuhan
Jawaban
Frekuensi
Persentas (%)
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.
Primer

Sekunder

Tersier

Masa Kini

Masa Datang

Jasmani

Rohani

Pribadi

Sosial
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
50
-
50
-
30
20
50
-
40
10
50
-
25
25
50
-
30
20
100%
0%
100%
0%
60%
40%
100%
0%
80%
20%
100%
0%
50%
50%
100%
0%
60%
40%

Jumlah

450
900%
      Sumber: Angket dan Wawancara
                  Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata waria dapat memenuhi segala kebutuhannya baik pribadi ataupun umum. Hal ini ditandai dengan adanya waria yang mampu memenuhi kebutuhannya sampai 100% walaupun masih ada sebagian kecil dari waria yang kebutuhannya belum terpenuhi. Akan tetapi sudah dapat dikata bahwa kehidupan waria sudah mencapai tingkat kemakmuran, karena umumnya waria memiliki etos kerja yang baik dan kemauan yang tinggi untuk terus bekerja dan menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhannya tanpa menghiraukan kata “gengsi”. 

B.     Kehidupan Ekonomi Waria dalam Kaitannya dengan Pekerjaan
a.   Pekerjaan ditinjau dari segi kelangsungan
                  Pekerjaan dari segi kelangsungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pekerjaan tetap dan sampingan. Para wariapun menekuni kedua pekerjaan ini. Pernyataan waria mengenai keduanya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Pekerjaan waria
ditinjau dari kelangsungannya
NO.
Kelangsungan Pekerjaan
Jawaban
Ferekuensi
Persentase(%)
1.

2.
Tetap

Sampingan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
35
15
50
-
70%
30%
100%
0%

Jumlah

100
200%
            Sumber data: Angket dan Wawancara
                  Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 35 waria dengan persentase 70% memiliki pekerjaan tetap dan ini membuktikan bahwa tidak ada satupun waria yang pengangguran. Tidak hanya itu, adapun waria yang memiliki pekerjaan sampingan karena umumnya mereka memiliki skill sehingga mereka mampu menunjang kehidupannya. Hal ini dibuktikan 50 waria dari sampel dengan persentase100% bekerja sampingan.
b.      Macam-macam pekerjaan ditinjau dari segi kelangsungannya
            Beberapa macam pekerjaan tetap dan sampingan yang ditekuni para waria dapat dilihat dari data tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Macam-macam pekerjaan tetap
NO.
Pekerjaan tetep
Frekuensi
Peresentase (%)
1.
2.
3.

4.
Guru
Salon
Menyewakan pernak-pernik pengantin dan busananya
Juru masak
2
14
11

8
4%
28%
22%

16%

Jumlah
35
70%
      Sumber data: Angket dan Wawancara
                  Dari data di atas, dapat diketahui bahwa pekerjaan tetap yang paling banyak digeluti waria di Kabupaten Soppeng adalah usaha salon sebanyak 14 waria dengan persentase 28%, kemudian diikuti pekerjaan, menyewakan pernak-pernik sebanyak 11 waria dengan persentase 22%, lalu juru masak sebanyak 8 waria dengan persentase 16% dan yang paling sedikit yaitu pekerjaan Guru sebanyak 2 waria dengan persentase 4%. Hal ini membuktikan bahwa pada umumnya, pekerjaan mereka sama dengan pekerjaan wanita dan yang paling mengherankan, cara dan hasil kerja mereka lebih baik dari wanita.
Tabel 4.4 Macam-macam pekerjaan sampingan
NO.
Pekerjaan sampingan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Pelatih tari
Pelatih model
Penata dekorasi
Paranormal
14
11
49
1
28%
22%
98%
2%

Jumlah
75
150%
            Sumberdata: Angket dan Wawancara
                  Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa pekerjaan sampingan yang paling banyak dilakukan olah waria adalah penata dekorasi dengan persentase sebanyak 98%. Pada umumnya, pekerjaan ini dilakukan musiman karena mereka  mendekorasi, apabila mendapat orderan dari masyarakat yang membutuhkan tenaga mereka, dalam arti jika masyarakat melakukan suatu kegiatan seperti pernikahan, maka waria melakukan pekerjaan sampingan yaitu mendekorasi tempat pernikahan.

C.  Kehidupan Ekonomi Waria dalam Kaitannya dengan Pendapatan
                  Waria di Kabupaten Sopeng pada umumnya memiliki pendapatan di atas rata-rata yang mampu mewujudkan kesejahteraan dalam hidupnya.
                  Besar pendapatan para waria perbulannya dapat kita lihat melalui tebel di bawah ini:
Tabel 4.6 Pendapatan rata-rata waria
di Kabupatan  Soppeng
NO.
Kode Responden
Pendapatan (per bulan)
1.
1W
Rp 1.500.000,-
2.
2W
Rp 3.000.000,-
3.
3W
Rp 1.750.000,-
4.
4W
Rp 1.000.000,-
5.
5W
Rp 2.500.000,-
6.
6W
Rp 1.300.000,-
7.
7W
Rp 2.400.000,-
8.
8W
Rp 800.000,-
9.
9W
Rp 1.200.000,-
10.
10W
Rp 750.000,-
11.
11W
Rp 1.400.000,-
12.
12W
Rp 3.000.000,-
13.
13W
Rp 2.000.000,-
14.
14W
Rp 1.000.000,-
15.
15W
Rp 800.000,-
16.
16W
Rp 600.000,-
17.
17W
Rp 1.000.000,-
18.
18W
Rp 1.500.000,-
19.
19W
Rp 700.000,-
20.
20W
Rp 700.000,-
21.
21W
Rp 750.000,-
22.
22W
Rp 650.000,-
23.
23W
Rp 900.000.-
24.
24W
Rp 2.250.000,-
25.
25W
Rp 2.000.000,-
26.
26W
Rp 800.000,-
27.
27W
Rp 600.000,-
28.
28W
Rp 900.000,-
29.
29W
Rp 750.000,-
30.
30W
Rp 800.000,-
31.
31W
Rp 700.000,-
32.
32W
Rp 800.000.-
33.
33W
Rp 3.000.000,-
34.
34W
Rp 4.500.000,-
35.
35W
Rp 4.000.000,-
36.
36W
Rp 3.500.000,-
37.
37W
Rp 900.000,-
38.
38W
Rp 1.000.000,-
39.
39W
Rp 1.300.000,-
40.
40W
Rp 600.000,-
41.
41W
Rp 1.000.000,-
42.
42W
Rp 800.000,-
43.
43W
Rp 3.000.000,-
44.
44W
Rp 2.500.000,-
45.
45W
Rp 800.000,-
46.
46W
Rp 3.000.000,-
47.
47W
Rp1.000.000,-
48.
48W
Rp 900.000,-
49.
49W
Rp 600.000,-
50.
50W
Rp 700.000,-
                  Sumber data: Angket dan Wawancara
Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa pendapatan maksimal waria Rp 4.500.000,- dan minimun Rp 600.000,- sehingga apabila dirata-ratakan, pendapatan waria di Kabupaten Soppeng kurang lebih Rp 1.478.000,- per bulan. Hal ini dapat meningkat atau menurun, tergantung pada banyaknya orderan masyarakat  serta banyak tidaknya masyarakat yang mengadakan acara-acara yang membutukan tenaga waria. Dari pendapatan yang diperoleh waria, umumnya dapat mencukupi segala kebutuhan mereka dan dapat dilihat bahwa pendapatan mereka dapat melebihi pendapatan gender lain dengan kata lain tingkat perekonomian mereka lebih baik.

D.  Kehidupan Ekonomi Waria dalam Kaitannya dengan Pengeluaran
                Waria yang pada kodratnya merupakan laki-laki, lebih cenderung berpenampilan bak perempuan sehingga kebutuhan mereka juga sama dengan perempuan yang mengakibatkan pengeluaran merekapun cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
      Tabel 4.6 Pengeluaran rata-rata waria
di Kabupatan  Soppeng
NO.
Kode Responden
Pengeluaran (per bulan)
1.
1W
Rp 500.000,-
2.
2W
Rp 1.500.000,-
3.
3W
Rp 850.000,-
4.
4W
Rp 500.000,-
5.
5W
Rp 1.250.000,-
6.
6W
Rp 650.000,-
7.
7W
Rp 1.200.000,-
8.
8W
Rp 400.000,-
9.
9W
Rp 500.000,-
10.
10W
Rp 350.000,-
11.
11W
Rp 700.000,-
12.
12W
Rp 1.500.000,-
13.
13W
Rp 900.000,-
14.
14W
Rp 400.000,-
15.
15W
Rp 350.000,-
16.
16W
Rp 200.000,-
17.
17W
Rp 500.000,-
18.
18W
Rp 700.000,-
19.
19W
Rp 300.000,-
20.
20W
Rp 350.000,-
21.
21W
Rp 400.000,-
22.
22W
Rp 300.000,-
23.
23W
Rp 450.000.-
24.
24W
Rp 1.100.000,-
25.
25W
Rp 1.000.000,-
26.
26W
Rp 400.000,-
27.
27W
Rp 250.000,-
28.
28W
Rp 450.000,-
29.
29W
Rp 300.000,-
30.
30W
Rp 400.000,-
31.
31W
Rp 300.000,-
32.
32W
Rp 300.000.-
33.
33W
Rp 1.700.000,-
34.
34W
Rp 2.500.000,-
35.
35W
Rp 2.000.000,-
36.
36W
Rp 1.500.000,-
37.
37W
Rp 500.000,-
38.
38W
Rp 500.000,-
39.
39W
Rp 600.000,-
40.
40W
Rp 200.000,-
41.
41W
Rp 600.000,-
42.
42W
Rp 400.000,-
43.
43W
Rp 1.700.000,-
44.
44W
Rp 1.300.000,-
45.
45W
Rp 500.000,-
46.
46W
Rp 800.000,-
47.
47W
Rp 500.000,-
48.
48W
Rp 400.000,-
49.
49W
Rp 300.000,-
50.
50W
Rp 350.000,-
                            Sumber data: Angket dan Wawancara
                  Dari tabel di atas, pengeluaran waria yang paling tinggi sekitar Rp 2.500.000,- dan yang paling rendah Rp 200.000.- sedangkan apabila di rata-ratakan  dapat mencapai Rp 712.000,-. Pengeluaran waria dalam jumlah besar umumnya dikarenakan mereka memenuhi kebutuhan pribadi dan pekerjaan bahkan adapun waria yang bertindak sebagai tulang punggung keluarga.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
      1.   Segala macam kebutuhan waria pada umumnya telah terpenuhi. Hal ini disebabkan mereka memiliki kreatifitas yang tinggi sehingga memudahkan mereka mencari lapangan kerja.
      2.   Para waria di Kabupaten Soppeng rata-rata memiliki pekerjaan, baik yang tetap maupun sampingan sehingga tingkat perekonomian mereka semakin baik sebab tidak ada waria yang mengganggur.
      3.   Hasil kerja waria di masyarakat umumnya mendapat respon yang baik, rata-rata pendapatan mereka dapat mencapai kurang lebih Rp 1.478.000,- per bulan sehingga pendapatan merekapun mampu menjamin kemakmuran dan kehidupan perekonomian mereka dan keluarga bahkan hasil kerja mereka  melebihi gender pertama (laki-laki) dan gender kedua (perempuan).
      4.   Pengeluaran waria di Kabupaten Soppeng rata-rata per bulan mencapai kurang lebih Rp 712.000,- .

B.  Saran
                  Melalui karya tulis ini, hendaknya masyarakat tidak memandang waria dari sisi negatif saja tapi waria harus dilihat dari sisi positif. Mereka sebagai gender ketiga di kehidupan sosial mampu mensejahterakan kehidupan mereka melebihi gender lain. Hal ini harus dijadikan motifasi bagi masyarakat untuk lebih mensejahterakan kehidupannya dengan mengacu pada etos kerja yan dimiliki para waria.






KATA PENGANTAR

            Atas karunia Allah swt., serta kemauan yang keras disertai bantuan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sehingga dapat diikutkan dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Yayasan Bhakti TANOTO.
            Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mengalami berbagai kesulitan, akan tetapi berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan kamauan yang keras disertai petunjuk dari berbagai kalangan, maka kesulitan itu dapat diatasi. Untuk itu dalam hal ini penulis sangat merasa bersyukur kehadirat Allah swt., dan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terutama kepada:
1.   Kepala SMA Negeri 1 Liliriaja yang telah memberi kami kesempatan dan peluang yang sangat baik untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah ini.
2.   Bapak Drs. A. Budiarman selaku guru pembimbing KIR SMA Negeri 1 Liliriaja atas bimbingan dan segala kesempatan yang telah diberikan kepada penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
3.   Panitia lomba karya ilmiah remaja yang telah menyelenggarakan kegiatan ini.
4.   Para waria yang telah bekerjasama dalam rangka penyusunan karya ilmiah ini.
5.   Teristimewa buat orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan dan doa kepada penulis.
            Sudah tentu karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis sangat memohon sumbangan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan karya tulis kami yang selanjutnya. Semoga Allah swt. membalas amal baik kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.


Cangadi, Juni 2006


Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. Jogjakarta: BPEE
Pelras, Christian. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: Nalar bekerja sama dengan          Forum Jakarta-Paris, EFEO, 2005.
Silaen, Sofar. 2004. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Remaja Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Jasa Usaha Mulia.
Sutanto dan Nurhadi. 2000. IPS Ekonomi. Yogyakarta: Erlangga.