Saturday, November 26, 2011

KIR Menciptakan Lingkungan Sehat Melalui Terobosan pada Bidang Pertanian di Kabupaten Soppeng


 BAB I

 P E N D A H U L U A N


A. Latar Belakang

Kabupaten Soppeng terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, yaitu antara 4º 06’00” - 4º 32’00” Lintang Selatan, dan 119º 42’18” - 120º 06’13” Bujur Timur. Kabupaten Soppeng yang sebagai suatu daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki kawasan pertanian yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai suatu kawasan agropolitan, dengan luas lahan potensial di bidang pertanian  sebesar 150.000 Ha. Yang dikelolah oleh 61,56% penduduk di Kabupaten Soppeng. Masalah pertanian patut diangkat ke permukaan karena sektor pertanian memberi andil yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat, kerusakan lahan, dan pencemaran. Bisa dibayangkan jika tujuh dari sepuluh petani menggunakan zat kimia, bagaimana dengan nasib potensi lingkungan di Kabupaten Soppeng ?
Potensi tersebut perlu mendapat perhatian secara khusus yang nantinya akan dimanfaatkan secara baik dan lestari. Juga diharapkan adanya pendayagunaan secara optimal dengan tetap memperhatikan daya dukung lahan yang ada serta keterampilan penduduk. Sekarang yang menjadi kendala yaitu dengan adanya pengguanaan zat-zat kimia yang mengakibatkan pertanian mulai mengganggu stabilitas lingkungan, sementara kemampuan produksi hampir tidak mampu memberi makanan jutaan penduduk. Sehingga para petani mengambil jalan pintas untuk memanfaatkan bahan kimia.
Dua hal yang saling berbenturan yaitu di satu sisi para pejuang lingkungan memprotes penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar demi keseimbangan tanah dan air. Namun disisi lain petani akan gagal panen apabila tidak menggunakan bahan kimia, sehingga meningkatnya jumlah produksi pestisida sintesis akan menggembirakan bagi petani dan produsen pestisida tetapi menyakitkan bagi lingkungan.
Hingga saat ini ketergantungan petani akan pestisida sintesis masih sangat tinggi. Dua puluh persen dari produksi pestisida dunia pada tahun 1984 diserap oleh Indonesia. Dalam periode 1982-1987 pemakaian pestisida di Indonesia meningkat sebesar 236% dibanding dengan periode sebelumnya. Khusus untuk insektisida, peningkatannya mencapai 710%. Pada tahun 1986, total pemakaian insektisida saja mencapai 17.230 ton yang berarti setiap hektar lahan pertanian menggunakan 1,69 Kg insektisida. (Reza dan Gayatri, 1994). Pada awal dekade 1990-an, pemakaian pestisida Indonesia telah mencapai 20.000 ton/tahun dengan nilai Rp.250 miliyar (Tempo, Desember 1993). Pada tahun 2000, pestisida yang terdaftar pada komisi pestisida telah mencapai 594 merek dagang.
Dibalik manfaat pestisida yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, tersembunyi bahaya yang mengerikan.. Menurut WHO ( World Health Organization ) paling tidak 20.000 orang per tahun mati akibat keracunan pestisida, sekitar 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti kanker, cacat tubuh, kemandulan, dan penyakit liver. Berbagai jenis pestisida terakumulasi di tanah dan air yang berdampak buruk terhadap keseluruhan ekosistem, selain itu menurunkan kualitas lingkungan.
B. Masalah
Melihat masalah yang ada diatas dengan menghubungkannya dengan daerah kabupaten Soppeng yang terkenal dengan pertanianya maka timbul suatu permasalahan yaitu,“Bagaimana Menciptakan Lingkungan Sehat Melalui Terobosan pada  Bidang Pertanian di Kabupaten Soppeng ?”
C. Tujuan
Kawasan pertanian yang dimiliki Kabupaten Soppeng, kini hampir terperosot karena penggunaan pestisida sintesis yang berlebihan dan kurangnya kesadaran oleh para petani dalam penggunaannya, sehingga pada dasarnya penulisan karya tulis ini untuk mengetahui bagaimana menciptakan lingkungan yang sehat melalui terobosan-terobosan baru khususnya di bidang pertanian yang merupakan dambaan dan jalan hidup masyarakat Kabupaten Soppeng.








BAB II
P E M B A H A S A N

A. Hubungan Timbal Balik Manusia dengan Lingkungan
Dalam suatu kesatuan ekologi manusia bertindak sebagai konsumen dan lingkungan bertindak sebagai produsen. Manusia berasal dari tanah dan melangsungkan hidup diatas tanah, kelangsungan hidup manusia tergantung dari tanah, begitu juga sebaliknya. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini manusia dapat secara aktif mengolah dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Dan kegiatan manusia ini dapat menimbulkan berbagai macam gejala baik menguntungkan dan merugikan bagi alam.
Adapun peranan manusia yang bersifat merugikan bagi alam khususnya dalam sektor peertanian yaitu: Dalam pengolahan lahan, manusia kebanyakan memanfaatkan zat kimia atau pestisida sintesis dan pupuk sehingga energi dan juga limbah bahan atau senyawa lain masuk ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas lahan pertanian.
Peranan manusia yang menguntungkan dalam sektor pertanian yaitu, dengan melakukan sistem pertanian secara tumpangsari atau multikultur untuk menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat teracering  guna mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah yang mengandung humus.
Kedua sisi diatas pada dasarnya akan saling menutupi, tapi yang menjadi kendala apakah kedua hal diatas seimbang ? maksudnya disini yaitu apabila petani telah menurunkan kualitas tanah dengan jalan penggunaan pestisida sintesis dan pupuk yang berasal dari zat kimia apakah lahan akan kembali stabil setelah adanya usaha pertanian secara multikultur yang akan menjaga kesuburan tanah. Dengan analogi yang cukup sederhanya jawabanya pasti tidak, kenapa? karena pestisida dan pupuk mempunyai bahan dasar dari zat kimia dimana zat tersebut susah diuraikan dan didaur kembali oleh lingkungan. Berbeda halnya dengan pestisida alami yang mengacu ke dua hal yaitu, pertama, residu pestisida alami lebih cepat terurai oleh komponen-komponen alam, sehingga tidak akan menyebabkan pencemaran. Kedua, daya racun dari pestisida alami bersifat selektif. Artinya pestisida alami hanya mematikan organisme pengganggu tanaman jenis tertentu dan relatif aman bagi musuh alami, manusia, mamalia, dan ikan.
Untuk menyelaraskan kedua hal diatas tentu saja butuh kearifan dari manusia, sehingga bisa hidup stabil dan mengkonsumsi hasil pertanian yang sehat. Alam yang memberi kehidupan alam juga yang akan memusnahkan kehidupan. Oleh karena itu petani diharapkan menghindari penggunaan bahan kimia. Telah terjadi proses pemetaan pikiran dengan mengubah sistem pertanian dari tradisional ke modern. Moderen dalam hal ini yaitu dengan mengundang inovasi teknologi, menggunakan sistem mekanisasi dalam pengolahan lahan. Bukan moderen dalam langkah untuk membasmi gulma, hama, dan penyakit dengan jalan meracik zat-zat kimia sebagai bahan untuk mengendalikannya.
B. Gambaran Sektor Pertanian di Kabupaten Soppeng
1.      Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksudkan disini yaitu petani. Apa dan bagaimana gambaran petani di Kabupaten Soppeng yaitu: Pendidikan rendah, pengolahan lahan banyak yang menggunakan zat kimia, sulit menerima masukan dan pembaharuan. Sedang petani yang diharapkan yaitu: Petani yang mau belajar dari pengalaman, terbuka oleh perubahan, serta menerima masukan dari pihak yang lebih tahu termasuk pakar pertanian.
Berdasarkan hal tersebut maka yang perlu dibenahi yaitu peningkatan kualitas sumber daya petani. Kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu: sosialisasi, penyuluhan dan pembinaan yang konsisten terhadap petani tentang manfaat pestisida alami.
2.      Sumber Daya Alam
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Kabupaten Soppeng merupakan daerah yang cukup potensial dalam bidang pertanian, namun yang menjadi kendala adalah perkembangan pertanian senantiasa melakukan terobosan-terobosan baru seperti dengan terciptanya pestisida sintesis dan pupuk yang pada dasarnya menimbulkan ketergantungan dan meningkatkan biaya pengolahan lahan.
Zat kimia tidak digunakan kelaparan akan menanti dan sebaliknya jika dugunakan lingkungan akan menuai bencana. Dan bahkan bisa mengakibatkan kematian bagi manusia melalui proses rantai makanan. Zat kimia yang tertempel dimakanan yang biasa disebut dengan istilah residu tanpa sadar dikonsumsi oleh manusia. Yang nantinya akan bersifat racun dalam tubuh manusia.
Yang juga merupakan faktor pendorong bagi para petani untuk menggunakan zat kimia yaitu dengan keinginan untuk memperoleh hasil yang memuaskan tanpa dihalangi oleh gulma, hama, dan penyakit.
a.       Gulma
Penegndalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu yang bersamaan dengan tanaman pokok.
Teknik pengendalian gulama:
1.      pengendalian secara mekanik atau fisik, dalam hal pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, dan pembakaran
2.      pengendalian cara hayati, yaitu dengan pengadaan musuh alami.
3.      pengendalian secara kimiawi, yaitu herbisida sebagai formulasi, herbisida yang dimaksud disini yang memiliki substrak dasar dari bahan tummbuhan sendiri. Mis: Pemanfaatan air tembakau, dan fermentasi air limbah kakao.
b.      Hama
Pestisida sintesis seolah menjadi obat yang paling mujarab dalam pengendalian hama di bidang pertanian. Begitu dekatnya pestisida dengan petani, sehingga apapun alasan petani akan tetap menggunakan pestisida.
Upaya untuk meniadakan pestisida atau paling tidak mengurangi persentase penggunaannya adalah hal yang sulit. Akan tetapi seandainya petani menitik beratkan pada penggunaan varietas unggul, perbaikan sistem pengairan, serta penggunaan unsur-unsur alam, akan tidak ada istilah pestisida yang berasal dari zat kimia.
Dari hal diatas yang paling perlu diperhatikan dalam hal pengendalian hama yaitu, penggunaan unsur-unsur alam dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yang ada di ekosistem dengan cara menanam tumbuhan alternatif untuk menyediakan makanan untuk serangga-serangga yang berguna. Serangga alami bisa jadi predator dan parasitoit atau menumpang hidup pada serangga inang. Tetapi karena adanya pestisida, penggunaan zat kimia yang meninggalkan residu pada tanaman sehingga serangga-serangga yang bukan sasaran ikut mati juga. Oleh karena itu penggunaan pestisida harus ditiadakan.
Namun pestisida yang berasal substrak dasar tumbuhan tidak akan menurunkan kualitas lingkungan, karena mudah terurai oleh lingkungan dan disatu sisi mematikan hama tumbuhan.
c.       Penyakit
Sama dengan hal sebelum diatas, untuk pengendalian penyakit bagi tanaman pertanian juga sangat diharapkan agar tidak menggunakan zat kimia.
Dalam perkembangan teknologi, pengendalian penyakit tanpa zat kimia kurang mendapat perhatian baik oleh pakar maupun praktisi, karena kurang mengundang inovasi teknologi. 
C. Sasaran yang Diinginkan
Perlu disadari bahwa penggunaan zat-zat kimia mulai kehilangan efektifitasnya. Sampai saat ini ratusan species organisme telah berkembang menjadi kebal terhadap paling tidak satu jenis zat kimia dalam hal ini pestisida sintesis, dan beberapa diantaranya tahan terhadap semua jenis pestisida sintesis. Sangat disayangkan, belum banyak penelitian tentang dampak negatif dari penggunaan zat kimia, dan kalaupun ada hasil penelitian kurang disosialisasikan, jadi tidak heran juga kalau para petani sering tidak bijaksana dalam pengolahan lahan pertanian.
Secara umum dampak negatif dari pemanfaatan zat kimia yaitu:1) Pencemaran air dan tanah yang akhirnya akan kembali lagi kepada manusia dan mahkluk hidup lainnya dalam bentuk makanan dan dan minuman yang tercemar. 2) Matinya musuh alami dari organisme pengganggu tanaman dan kematian organisme yang menguntungkan. 3) Timbulnya kekebalan organisme pengganggu tanaman terhadap zat-zat kimia yang dimanfaatkan dalam pengolahan lahan.
Berdasarkan dampak yang ditimbulkan diatas dirasa perlu untuk megubah sistem pertanian yang kembali ke sistem alamiah, dan selain itu pemerintah juga sebaiknya menetapkan sangsi yang tinggi bagi para konsumen maupun produsen yang menggunakan zat kimia yang nantinya akan menurunkan kualitas lingkungan.
D. Solusi dan Alternatif
Model pertanian kini telah banyak berubah, begitu juga dengan model pemikiran petani yang lebih mengandalkan zat kimia karena waktu yang digunakan relatif singkat dan hasilpun memuaskan, namun tanpa berpikir panjang tentang dampak apa yang akan ditimbulkan di lingkungan.
Sebenarnya penggunaan bahan alamiah justru jauh lebih bermanfaat karena lebih mengutamakan upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan di ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktifitas biologi tanah.
Pertanian secara alamiah lebih mengutamakan penggunaan input setempat, termasuk benih, pupuk (limbah peternakan atau kompos), maupun pestisida alami (nabati atau predator).
Pemanfaatan pertanian alami yang mengoptimalkan kesehatan dan kualitas lingkungan menyarankan beberapa hal seperti:

1. Benih atau Bibit :
a.       Benih atau bibit yang digunakan tidak berasal dari rekayasa genetika.
b.      Telah teruji secara laboratorium, bebas dari zat kimia.
2. Kesuburan tanah :
a.       Untuk menjaga kesuburan tanah digunakan sistem multi kultur.
b.      Bebas dari pupuk kimia
c.       Menggunakan pupuk organik mis: kompos, dan kotoran hewan.
d.      Air harus bebas dari bahan kimia.
3. Lahan
Bebas pupuk dan pestisida sintesis.
4. Proses panen:
a.       Limbah pada saat proses pemanenan sebaiknya jangan dibakar, misalnya  pada padi, jagung, dan kakao (produk unggulan Kabupaten Soppeng) karena dapat mengakibatkan polusi udara. Begitupun jangan ditumpuk karena dapat menjadi sarang penyakit.  Sebaiknya limbah tersebut diolah menjadi bahan ternak atau pupuk organik.
5.  Pasca panen
  Pemanenan hasil dan memproses hasil panen diupayakan agar menghindari kontaminasi dengan bahan kimia sintesis sehingga status alaminya tetap terjaga.


BAB III
P E N U T U P

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dapat disimpulkan adalah:
1.      Kepulauan Indonesia yang merupakan daerah pertanian yang kebanyakan petaninya menggunakan zat-zat kimia sebagai bahan untuk mengolah lahan, sebaiknya diberi penyuluhan tentang bahaya penggunaan zat-zat kimia.
2.      Untuk menciptakan lingkungan sehat dambaan masyarakat Indonesia, dirasa perlu merubah sistem pertanian yang kembali ke alam (Back to nature).
B. Saran
Sebagai pihak yang cukup peduli dengan lingkungan, penulis menyarankan:
1.      Agar petani, dalam pengolahan lahan sebaiknya menghindar dari bahan-bahan kimia yang susah terdaur oleh lingkungan.
2.      Sebaiknya sistem pertanian masyarakat diubah kembali agar  tetap dan selalu bersahabat dengan alam.
3. Para petani di Indonesia sebaiknya mempelajari dan mencoba beberapa alternatif dalam pengolahan lingkungan yang dengan istilahnya kembali ke alam. Karena dengan jalan inilah lingkungan dambaan yang bebas dari pencemaran bisa terwujud.


Daftar Pustaka


Atidin Z. 1987. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa Bandung.
BPS. 2002. Kabupaten Soppeng dalam Angka. Soppeng: Bapeda.
Mitchell Bruce, Setiawan B, dan Rahmi Hadi Dwita. 2000. Pengelolaan
                     Sumberdaya Dan Lingkungannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
                     University Press.
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Darussalam: Ghalia Indonesia
Noviasan, Ir. 2002. Membuat & Memanfaatkan Pestisida ramah Linhkungan.
            Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Silaen, Sofar. 2004. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Remaja. Jakarta: LIPI
            Dan PT. Tugu Pratama.
Soemarwoto, Otto. 2001. Atur Diri Sendiri. Paradigma Baru Pengolahan
            Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Supardi Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung:
            PT. ALUMNI
Sungguh, As’ad. 1979. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Kurnia Esa.
Yernelis, Sukman dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.
            Jakarta: Raja Grafindo Persada.

0 comments:

Post a Comment

terima kasih buat semua yang udah ngepost commentnya...
thank you very much.........